Ujian UAS tahun ini di SMP Siti Hajar sedikit berbeda. Bila biasanya anak-anak menggunakan kertas sebagai moda ujian, maka kali ini berbasis komputer.

Tujuannya, pertama untuk membiasakan anak-anak ujian dengan komputer karena tahun ini adalah tahun pertama sekolah saya melaksanakan ujian berbasis komputer (UNBK). Kedua, menghemat biaya dan menjaga lingkungan. Jelas saja dengan menggunakan teknologi komputer anggaran untuk menggandakan bahan ujian semakin minim (paperless). Selain itu juga, lingkungan diharapkan lebih bersih. Tidak ada berkas-berkas ujian anak-anak yang teronggok di meja guru.

Ada sedikit cerita menggelikan yang saya alami selama menjadi pengawas di ruang ujian berbasis komputer, yaitu saat anak merasa takut untuk meng"klik" enter. Hal tersebut disebabkan nilai ujian langsung terpampang jelas di layar monitor. Jadi, anak-anak merasa khawatir nilai yang tertera tidak sesuai dengan harapan mereka alias remedial.

Peserta didik terkadang juga tak dapat menahan luapan kegembiraan jika nilai mereka sangat memuaskan. Tentu saja hal ini terkadang bisa memancing respon dari teman yang duduk berdekatan, paling tidak menanyakan : " Nilaimu berapa?"

Nah, didetik-detik akhir inilah pengawas butuh ekstra mengontrol dan mengawasi siswa jangan sampai kecurangan terjadi. Bak kata Bang Napi "Ada Kesempatan dalam Kesempitan"

Memang ujian kali ini terasa bedanya, ibarat sebuah games karena memiliki efek kejut, penasaran, dan lain-lain.